Sabtu, 09 Juli 2011

Hasan Al-Basri Imamnya Para Tabi'in

Kecintaannya Terhadap Ilmu
Al-Hasan bin Yasar atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama generasi salaf terkemuka- hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang isteri Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam, Hindun binti Suhail yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Salamah. Para ahli sejarah mencatat beliau sebagai yang paling luas ilmunya di antara para isteri Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam.
Semasa mudanya, Hasan Al-Basri menimba ilmu dari rumah-rumah ummahatul mu'minin serta mendapat kesempatan mempelajari ilmu bersama sahabat yang berada di masjid Nabawi. Pada usia 14 tahun, beliau pindah bersama kedua orangtua ke kota Basrah, Iraq, dan menetap di sana. Dari sini lah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-masjid yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabi'in banyak yang sering singgah ke kota ini.

Keberanianya Menyampaikan Kritik di Hadapan Penguasa
Keluasan dan kedalaman ilmu beliau, membuat hasan Al-Basri banyak didatangi orang yang ingin belajar langsung kepadanya. Nasihat Hasan Al-Basri mampu menggugah hati seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Nama Hasan Al-Basri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negeri dan sampai pula ke telinga penguasa.
Ketika Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasaan gubernur Irak, ia terkenal akan kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat terkadang sangat melampaui batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik atasnya atau menentangnya. Hasan Al-Basri adalah salah satu di antara sedikit penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajaj. Bahkan di hadapan Al-Hajaj sendiri, Hasan Al-Basri pernah mengutarakan kritikaannya yang amat pedas.

Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mulai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri,"Ya Abu Sa'id, cukupkanlah kritikanmu, cukuplah!" Namun beliau menjawab,"Sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya."
Begitu mendengar kritik tajam, Al Hajaj menghardik para ajudannya, "Celakalah kalian! Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara seenaknya? Dan tak seorang pun dari kalian mencegahnya? Tangkap dia, hadapkan kepadaku!"
Semua mata tertuju kepada sang imam dengan hati bergetar. Hasan Al-Basri berdiri tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj. Sungguh luar biasa ketenangan beliau. Dengan keagungan seoarang mukmin, izzah seorang muslim dan ketenangan seorang da'i, beliau hadapi sang tiran.
Melihat ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dengan berkata lembut,"Kemarilah yaa Abu Sa'id!" Al-Hasan mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua mata memandang dengan kagum.
Mulailah al-Hajaj menanyakan berbagai masalah agama kepada sang imam, dan dijawab oleh Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lembut dan mempesona. Semua pertanyaan dijawab dengan tuntas. Seusai pertemuan itu salah seorang pengawal Al-Hajaj bertanya, "Apakah sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?" Hasan Al-Basri menjawab, "Saat itu aku membaca Yaa Waliy dan Pelindungku dalam kesusahan, jadikanlah hukuman Hajaj sejuk dan keselamatan bagiku, sebagaimana Engkau telah jadikan api dingin yang menyelamatkan Ibrahim 'alaihissalam."

Hasan Al-Basri Wafat

Pada malam jum'at, di awal Rajab tahun 110 Hijriah, Hasan Al-Basri memenuhi panggilan Rabb nya. Beliau wafat dalam usia 80 tahun. Penduduk Basrah bersedih, hampir seluruhnya mengantarkan jenazah Hasan Al-Basri ke pemakaman. Pada hari itu, di Basrah tidak diselenggarakan shalat Ashar berjama'ah karena kota itu kosopng tiada berpenghuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar